Nia melangkahkan kakinya dengan pasti, melewati deretan ruang kelas satu persatu bersama Widya. Satu-persatu mata orang pun berpapasan dengan kedua mata mereka, bibir mereka menyunggingkan senyum hanya sekedar sapa. Usaha yang wajar di lakukan untuk orang yang sesekolah untuk meramahkan diri kepada orang lain. Sekali dua kali senyuman orang yang berpapasan dengan mereka tak terbalas, terkalahkan oleh keasyikan mereka mengumbar cerita-cerita harian. Hingga, ada seseorang yang menghentikan obrolan mereka, menyapa Nia dengan sangat akrab, keakraban itu mengisyaratkan bahwa mereka tidak hanya kenal setahun atau dua tahun saja. Reza teman Nia, akrab. Antusias, Reza menepukkan telapak tangannya ke telapak tangan Nia, orang-orang biasa menyebutnya 'Tos'-_- tanda pertemanan. Nia hanya membalas senyum, sembari menatap tajam mata Reza, Nia sadar ada rasa yang menyeruak sengit dalam hatinya, kerinduan yang menumpuk pada temannya yang satu itu, yak teman. Nia terpisahkan oleh kesibukan selama beberapa hari. Sayang, Nia tak melakukan apa-apa, mulutnya kaku. Ajakan Widya untuk segera ke Musholla membuyarkan tatapan tajam Nia ke Reza. Nia berpamitan.
" Eh Nia!" Ada yang menarik tangan Nia.
"Kita Selamanya ya."
Kata-kata yang barusan terlontar dari mulut Reza, terasa sumbang di telinga Nia. Berasa ada yang memutus nadi Nia saat itu, tapi itu hanya ke-lebay-an belaka. Nia dibekukan keadaan, itu istimewa.
Kita Selamanya
Bondan Prakoso and Fade 2 Black
eiyo… it’s not the end, it’s just beginning
ok detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda skenario… eyo… baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu
masa jaya putih biru atau abu-abu (hey)
memori crita cinta aku, dia dan kamu
saat dia (dia) dia masuki alam pikiran
ilmu bumi dan sekitarnya jadi kudapan
cinta masa sekolah yang pernah terjadi
dat was the moment a part of sweet memory
kita membumi, melangkah berdua
kita ciptakan hangat sebuah cerita
mulai dewasa, cemburu dan bungah
finally now, its our time to make a history
[chorus]
bergegaslah kawan tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat kita untuk slamanya
satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan
saat duka bersama, tawa bersama
berpacu dalam prestasi (huh) hal yang biasa
satu persatu memori terekam
didalam api semangat yang tak mudah padam
kuyakin kau pasti sama dengan diriku
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu
kawan kau tahu, kawan kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan
[chorus]
bergegaslah kawan tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat kita untuk slamanya
[chorus]
bergegaslah kawan tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat
bergegaslah kawan tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat kita untuk slamanya
bergegaslah kawan tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat kita untuk slamanya
Mereka sahabat? Nia dan Reza pasti punya persepsi sendiri tentang hubungan mereka saat itu. Saat kembali ke kelas pikiran Nia terpenuhi dengan kata-kata 'Kita Selamanya'. Kata yang sangat aneh. Satu di pikiran Nia, kata kita nggak mungkin akan selamanya segala sesuatu diantara dirinya dan mereka pasti akan berubah. Mungkin saja, suatu hari nanti Nia terpisahkan oleh keadaan dengan Reza, mungkin saja jika bertemu mereka tak lagi bertegur sapa karena suatu hal. Nia secepat mungkin menghapus pikiran buruk itu. Sambil membuka lembar-lembar LKS matematikanya dia bergumam 'Kita akan berubah suatu saat nati, mungkin kelak yang tidak berubah hanyalah kenangan. Kenangan yang manis tidak akan berubah dalam ingatan kita."
0 komentar:
Posting Komentar