Recent Posts

Sabtu, 31 Desember 2011

Gejolak

Sepia hidupku berkubang pasrah
Tak bergairah
Benar dirimu tak berpaling
Sayang aku tak tahu kemana hatimu sembunyi

Diriku hanyalah insan
Kesalahan terpantik itu wajar
Bukan mau bertepuk pada diriku
Buka memorimu lihat dirimu dulu
Karena ku tahu dirimu juga insan

Kemari ayo kemari
Percuma kau bergulat dengan gerutu tak bernyawa
Lekas tumpahkan luap-luap amarah
Diriku sang berdosa siap menampungnya

Tapi jika dirimu tak kuat hati
Tetap jaga kakimu disana
Lakukan sebuah langkah sahaja
Biarkan maaf menyelimuti kalbu
karena ku tahu dirimu juga insan
Mampu melebur amarah untuk sebuah pertemanan

Rabu, 28 Desember 2011

ABCD Gathering

3 days ago. I presented ABCD gathering. My JHS’s classmate. That’s the most waited day, because I miss them so bad. Yaa emang baru beberapa bulan sih kita ga ketemuan sejak buka bersama waktu itu. Tapi ga tau kenapa mereka itu kayak magnet yang membuat aku betah kangen sama mereka [lebe mode: ON]. Berangkat ke TKP (rumah Fira) bareng Novi (baca: Nopi), jam 9 lebih langsung cuss, soalnya janjian di TKP jam setengah 10 harus dateng. Nyampe di rumah Fira hanya ada 3 gelintir manusia itu sudah termasuk si empunya TKP ya. 



Sambil temen-temen yang ngaret kita canda-canda an dulu. Terus ga berselang lama kita mutusin untuk makan dulu. Pilihan menu saat itu adalah NASI TEMPONG. Haah, sumpah enak banget kebetulan kita makan nasi tempong bikinan Mbok Wah. Baiklah bagi kalian yang masih merasa asing dengan nama makanan itu silahkan googling aja. 
Eating Time. Yesss

Lanjut Abis makan kita mutusin sholat dulu terus capcus ke NAV salah satu tempat karaokean di Banyuwangi yang paling mending dari jenis karaokean yang ada. 

Left: Me and Ajeng


Left: Apin, Muthi, Arida

Left: Me and Dinar

Bahagia lah bersama temen-temen SMP. Kata mutiara saat itu adalah 'kepencet' [silahkan diartikan sendiri].

ssst. Dou you know what we had done ?

Get rockaaa




Time to touch home



Left: Novi and Me


Next : Pulangnya aku sama novi keujanan dan berteduh di indomaret, untuk menaikkan harga diri kami membeli beberapa barang yang sebetulnya tidak penting. Took a moment with novi. 

Jumat, 16 Desember 2011

Upacara

Alunan  melodi Indonesia Raya yang dinyanyikan mereka di obade sudah sangat baik mendarat di gendang telingaku. Tidak ada fals, suara mereka benar-benar merdu. Tapi, itu semua terasa sia-sia kala melihat kawanan putih abu-abu sejenisku, yang berjajar sempurna mengikuti upacara Senin ini. Barisan mereka memanglah rapi, tapi mulut mereka tetap berkicau meskipun upacara yang dibuat sekhidmat mungkin ini berlangsung. Belum lagi keluh kesah mereka yang sering dilontarkan saat upacara. Keluh kesah yang paling tren di sekolahku adalah ‘Aduh…  panas sekali sih hari ini, upacara pula’ dan ‘Aduh lama sekali upacara hari ini’, setali tiga uang dengan sang merah putih yang telah berhasil dikibarkan, dan sekarang sedang berkobar-kobar di hembus angin pagi ini, saat ini teman-temanku sedang berkobar-kobar menyuarakan keluh kesah yang lagi tren itu. Riuhnya bak suara sekelompok maling, berbisik antar satu orang dengan orang lain. Padahal upacara Senin yang dilakukan sebagai bentuk rasa nasionalisme bangsa, dan sebagai penghormatan kepada pahlawan hanya berlangsung selama 45 menit. Tak sebanding dengan perjuangan seorang pahlawan yang umumnya berjuang mulai umur mereka 20 tahun sampai mereka tertidur dengan tenang di pekuburan.

Tiba saatnya penyampaian amanat upacara. Umumnya sih kepala sekolah lah yang berpidato di podium, tapi tak jarang pula guru pun menggantikan kepala sekolah berpidato. Inilah yang mengagumkan. Biasanya di saat seperti ini, teman-temanku akan beralih fungsi tidak sebagai siswa peserta upacara lagi, mereka berubah seketika menjadi komentator seperti yang ada di acara pencarian-pencarian bakat di televisi, mengomentari apa yang diucapkan oleh orang yang berpidato. Bedanya, bila komentator ajang pencarian bakat melontarkan komentarnya setelah peserta melakukan aksinya, teman-temanku memberikan komentar tepat disaat kepala sekolah ataupun guru sedang berpidato. Ada satu keanehan pada upacara yang selalu terpikirkan di benakku dan ini tidak boleh terlewatkan untuk dibahas. Keanehan itu adalah saat petugas upacara melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya, banyak teman-temanku yang menertawakan kejadian itu. Ada yang salah dengan teman-temanku, timbul pertanyaan di otakku, apa mereka terlahir untuk menertawakan orang yang melakukan kesalahan? Hanya mereka yang tahu jawabannya.

Wajah-wajah temanku umumnya terlihat lelah dan muram saat upacara berlangsung. Tapi ada satu tahap upacara yang bisa menyulap wajah letih itu menjadi sumringah, yaitu tahap pembacaan doa. Alasan yang paling logis dari kesumringahan mereka adalah pembacaan doa secara tidak langsung menyiratkan bahwa upacara akan segera berakhir, dan mereka bisa segera bersantai-santai lagi di kelas. Ironis memang mengetahui semua hal tersebut terjadi saat upacara. Padahal, mereka semua adalah pemegang roda kehidupan Indonesia ke depan. Tak terasa lagi rasa nasionalisme di hati teman-temanku. Tak mau menjilat ludah sendiri atas apa yang aku ceritakan dalam kertas ini, aku akan berusaha untuk tidak melakukan hal tersebut. Tulisan ini hanya sebagai satu dari usaha kecilku untuk menyadarkan kalian dari segala keironisan yang ada pada generasi penerus bangsa. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Mungkin, dengan menyicil usaha-usaha kecil seperti ini, aku harap nantinya akan ada sesuatu yang besar dan bermanfaat untuk negeriku. (Sev, 010198)

“Sya, ayo kembali ke kelas. Udah Bel nih.” Pinta Hana.

Segera aku melipat lagi kertas yang aku temukan di lempitan buku perpustakaan sekolah. Meletakkan buku ‘Nasionalisme Bangsa’ yang sudah usang itu di tempat aku menemukannya. Berawal dari keisenganku membuka kotak buku usang perpustakaan yang lama tak dijamah, aku menemukan sesuatu yang sangat berarti bagi diriku. Kalau kertas itu benar-benar dibuat oleh orang berinisial Sev, aku ingin tahu bagaimana dia sekarang. Sebentar, ada satu kesimpulan yang mengganjal di hatiku, jika tulisan pada kertas itu dibuat tahun 1998 berarti waktu 13 tahun tidak cukup untuk mengubah kebiasaan buruk pelajar-pelajar Indonesia saat upacara.

Selasa, 13 Desember 2011

[.] jenuh

Titik jenuh akhirnya datang. Saat semua benar-benar jadi menyeramkan dalam pikiran, berkamuflase jadi hitam dan bosan. Boleh lah sekali-kali berjalan sedikit kejauhan, asal tak melewati perbatasan. Karena, saat melewati perbatasan semuanya akan berubah termasuk mereka yang ada di sekeliling kita, kita akan merasa kehilangan. Kalian pasti tidak mau kehilangan, aku juga. Kita harusnya sadar dengan tidak berlarut-larut berada dititik jenuh.
Jangan berpikir menjernihkan itu gampang. Setiap orang butuh proses menjernihkan dengan melakukan pengertian. Sebenarnya jenuh adalah hasil dari kurangnya pengertian. Dunia tidak akan pernah mengerti kita, kita lah yang harusnya mengerti apa mau dunia. Jadi rapatkan genggaman untuk saling mengerti, karena mengerti tidak pernah salah

It's chosen way

Di dunia memang tidak ada manusia yang sempurna. Dan anak yang terkenal baik pun pernah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan sifatnya yang di kenal oleh orang selama ini. Mereka yang sering terkenal jahatpun juga pernah melakukan suatu kebaikan. Sifat pun juga tidak bisa ditebak. Saat ini yang bisa dilakukan hanya bagaimana kita memilih jalan untuk sifat kita, agar tidak hanya baik bagi diri kita, namun juga bagi orang lain. Tidak hanya untuk di dunia yang ini, namun juga untuk dunia kita setelah ini. 

Jumat, 18 November 2011

Si Biru Milik Lina (part 2)

“Kamu sih, suka ceroboh ninggal kunci motor sembarangan, sampai kebawa mimpi kan?” Ucap Mery.
“Hehe, iya aku janji berusaha untuk ga ceroboh lagi kok”
Lina memang anak yang ceroboh, kejadian hilangnya kunci motor Lina saat di sekolah tidak bisa terhitung lagi. Teman kelas Lina dengan sabar selalu membantu mencari kunci motornya yang hilang di tempat antah berantah. Menggerayangi kolong-kolong bangku, membongkar tas yang penuh buku dan sudah tertata rapi yang siap diangkut pulang ke rumah, melihat setiap sisi kelas mereka, menyusuri jalan yang sudah Lina lewati seharian di sekolah. Sekali lagi, hanya untuk membantu teman yang sangat mereka sayangi, menemukan benda yang hilang karena kesalahan dia sendiri.
“Eh Lin. Kadang-kadang mimpi itu nyata loo. . “ Mery membuka pembicaraan lagi.
“Ah, mudah-mudahan aja ga terjadi.”
“Diaminin aja sih, pokoknya jadikan mimpi itu pelajaran buat kamu.” Ucap Sasi
“ Amin, doain aja temanmu yang satu ini hilang sifat cerobohnya” Lina membalas.
“Yee kalo itu tergantung usaha kamu kali.” Sanggah Mery.
Teteteeeeeeeet. Mendengar bel pulang berbunyi, teman-teman kelas Lina serempak memasukkan buku pelajaran mereka dan bergegas pulang. Mereka ingin segera melepas penat setelah seharian menuntut ilmu. Satu per satu mereka meninggalkan kelas, hingga di depan kelas hanya ada Mery dan Sasi, duduk-duduk santai mengobrol, Lina seorang diri di kelas. Tak berapa lama, Merry dan Sasi memutuskan untuk pulang, tak lupa mereka berpamitan dengan Lina. Baru langkah ketiga Merry dan Sasi meninggalkan Lina, dari dalam kelas terdengar.
“Tolong dong, kunci motorku hilang.”
Yak tepat, kejadian itu terulang lagi. Lina ceroboh lagi, padahal beberapa jam yang lalu dia baru membicarakan mimpi dan kecerobohannya. Mery dan Sasi kembali ke kelas, melakukan hal yang biasa mereka lakukan agar bisa menemukan kunci motor Lina. Anehnya sudah setengah jam, mereka bertiga belum menemukan kunci motor itu. Biasanya mereka bisa menemukan kunci dalam waktu 15 menit, di dalam tas Lina sendiri. Tapi kali ini, di dalam tas, kolong bangku, tiap sisi-sisi kelas tidak menunjukkan ke beradaan kunci motor. Tak henti-hentinya Mery dan Sasi menyuruh Lina untuk mengingat-ingat lagi dimana ia meletakkan kunci motornya. Muncul suatu pertanyaan di benak Lina ‘Apa mimpi itu beneran nyata?’ Lina tidak mau didahului lelaki menyeramkan itu di dunia nyata. Cukuplah di mimpi saja.
Degup jantungnya terpacu dalam sedetik, Lina berlari keluar kelas, menuju lapangan parkir di sekolahnya. Di belakangnya, berjalan lelah Mery dan Sasi mengikuti kemana Lina pergi. Sampai di lapangan parkir, Lina membeku. Si Biru, motornya benar-benar tidak ada di lapangan parkir. Pikiran Lina kacau dipermainkan mimpi. Tapi ini bukan mimpi, ini benar-benar terjadi. Tak sadar air matanya menetes.
“Lo? Kok nangis?” Tanya Mery
“Sepedamu hilang beneran Lin?” Tanya Sasi mulai gugup.
Tak ada jawaban dari Lina, dia mencari-cari dimana sepedanya berada. Bertanya pada murid yang dari tadi ada di parkiran sekolahnya. Mery dan Sasi pun ikut membantu menanyakan pada tukang parkir sekolahnya. Jawaban mereka sama semua, tidak tahu. Lina bingung harus mengatakan apa kepada orangtuanya. Pikirannya semakin gundah, saat hape yang ada di saku roknya bergetar, dan layarnya menunjukkan suatu kontak yang bernama ‘Ibu’. Aaaaaa. . . Air mata semakin deras mengalir di pipi Lina. Sasi menenangkan Lina, dan menyuruhnya mengangkat telepon dengan tenang dan mengatakan apa adanya.
“Ha Halo assalamualaikum.” Lina memberi salam
“Waalaikum salam, Lin kamu mau minta jemput jam berapa? Kok mulai tadi belum sms-sms ?”

Si Biru Milik Lina (part I)

Semburat jingga menandai matahari yang kembali ke peraduan. Di lapangan parkir sekolah, Lina membiarkan air matanya jatuh tak terbendung. Dia terpaku, menyadari motor kesayangannya tak ada lagi ditempat dimana ia menaruhnya . Raib entah dibawa siapa. Dia benar-benar tercengang di lapangan parkir, yang telah kosong melompong ditinggalkan penghuninya, termasuk Si biru kesayangannya. Wajar jika penghuninya meninggalkannya, karena jam sekolah sudah berakhir 3 jam yang lalu. Tapi Si Biru, harusnya tetap ada di lapangan parkir ini, karena si empunya belum membawanya pulang.
“Hai kamu yang disana!”
Suara lantang memangil Lina. Dia menoleh ke sekelilingnya, tak ada siapapun. Sepi.
“Aku disini.”
Dengan cepat Lina menoleh ke belakang. Lina menyeka air matanya sembari  menyipitkan mata, memastikan siapa yang memanggilnya barusan. Dari kejauhan, sesosok lelaki berkemeja hitam, melambaikan tangan kepadanya. Meski dari jauh, lelaki itu terlihat menakutkan, karena kemeja yang dipakai  ketat ditubuhnya, menampakkan otot-ototnya yang kekar, rambutnya gondrong dikuncir ke belakang.  Mirip  bodyguard, tapi lebih cocok jika menjadi tukang pukul atau pembunuh bayaran. Yang mengagetkan Si Biru ada di sebelahnya. Lina benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Dia takut untuk menghampiri lelaki itu, takut jika Lina menghampirinya, lelaki itu mengeluarkan golok dan membelah lehernya, membagi tubuhnya menjadi beberapa bagian, memasukkan ke koper, dan membuang koper tersebut ke Kalilo, dan tak tega rasanya jika besok ada surat kabar menghampiri rumahnya dengan headline ‘Murid SMAN 1 Glagah Tewas Termutilasi’. Dia tidak mau, dia harus mengambil sepedanya dan lekas-lekas pulang.
“Ba bapak siapa?” Lina terbata.
Tahukah kamu jika dunia ini menerapkan hukum aksi-reaksi? Segala sesuatu yang telah kamu lakukan, pasti akan mendapatkan reaksi atau timbal balik dari lingkungan sekitar.
“Tapi pak, saya tidak pernah memindahkan sepeda motor orang tanpa seizin orang tersebut”.
“Kamu tidak memindahkan, tapi kamu beraksi dengan meninggalkan kunci tergantung di motormu, jika hukum aksi-reaksi benar pastinya aku akan melakukan reaksi dengan membawa motormu ini kabur. “
“Maaf pak, saya sudah ceroboh. Saya tidak akan mengulanginya lagi”
“Sayang, itu terlambat. Karena, saya sudah terlebih dulu membenarkan hukum aksi reaksi itu. “
Lelaki itu menghidupkan Si Biru, menunggangi, dan membawa Si Biru pergi, kabur entah kemana.  Lina tertegun.
---
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!” Lina berteriak, sembari bangun dari mimpi buruknya.
Sekejap tawa meledak di kelas yang awalnya sunyi tersebut.  Tidak ada guru di sana. Semua teman-teman Lina mengarahkan pandangan ke dirinya, sambil menutup mulut menahan tawa. Dengan kusut Lina bangun dari tidur saat pelajaran kosong di kelasnya tercinta. Peluhnya bercucuran efek dari mimpi buruk yang dialaminya barusan.
“Hayooo. Barusan mimpi apa?” Goda Sasi
“Hehehe ga ada. Ga mimpi apa-apa kok. ” Lina menjawab malu
“Palingan mimpi nonton OVJ” Jawab Mery memancing semua teman-teman Lina untuk tertawa lagi.
Maklum selama bertahun-tahun acara komedi yang terkenal itu ditayangkan, Lina sama sekali belum pernah menontonnya. Jadi wajar jika teman-teman kelas sering menggoda Lina.
“Ayo dong Lin, ceritain mimpimu barusan. Kok sampai teriak-teriak gitu sih?” Pinta Mery.
Dengan ribuan paksaan yang dilontarkan teman-teman kesayangannya, akhirnya Lina luluh, dan mau menceritakan mimpi buruk yang terkesan aneh tadi. Teman-teman Lina serius memperhatikan kata demi  kata yang diucapkan Lina, penasaran. Lina menceritakannya sampai akhir, tidak ada satu bagian pun yang terlewat. 

Rabu, 16 November 2011

Mengungkap Tabir Trafficking
Oleh: Desi Putri Kurniasari
Perdagangan wanita atau yang biasa disebut dengan trafficking di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat presentasenya. Selama kurun waktu 2 tahun ini, angka kejadian anak Indonesia yang menjadi korban praktik perdagangan manusia di perkirakan 70.000 hingga 95.000 jiwa. Perdagangan ini meliputi eksploitasi tenaga kerja, seksual, dan perdagangan organ tubuh manusia. Hal ini sangat bertolak belakang dengan hak azasi manusia. Saat ini, hal yang sedang marak adalah perdagangan wanita di bawah umur untuk dijadikan pekerja seks komersial.
Perdagangan wanita di bawah umur disebabkan oleh beberapa faktor, seperti rendahnya perekonomian dan kurangnya pendidikan. Umumnya, Korban dari perdagangan wanita di bawah umur adalah anak-anak dari pedesaan berkisar umur 14-18 tahun, yang menempuh pendidikan hanya sampai SD, dan SMP. Mereka juga berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Orang yang bertugas untuk mencari wanita-wanita tersebut (trafficker), awalnya menawarkan berbagai macam iming-iming berupa pekerjaan dengan gaji yang cukup dipakai untuk membeli rumah mewah dan barang-barang mahal lainnya. Anak-anak desa yang berkeinginan utuk meningkatkan taraf perekonomian dengan alih-alih dapat membantu orangtuanya dalam mencari rezeki dapat dengan mudah termakan omongan trafficker. Namun, tidak semua korban trafficking adalah anak desa dan anak yang tidak mampu, sebagian dari mereka adalah anak-anak dari kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya, dan anak dengan orangtua berpenghasilan cukup, sayangnya mereka kekurangan dalam mendapatkan perhatian dari orangtua mereka, mereka merasa tidak diperhatikan oleh orangtuanya, akhirnya mereka berteman dengan orang yang salah, dan  terjerumus juga dalam trafficking. Trafficker lebih berminat pada anak yang dibawah umur, karena rata-rata mereka semua masih perawan, pastinya bila nanti wanita-wanita itu dijual, para trafficker akan meraup keuntungan yang berlipat ganda.
Korban trafficking dibawa ke suatu kota oleh trafficker, mereka dikumpulkan dengan orang-orang yang bernasib sama. Saat di kumpulkan, telepon genggam dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan hubungan mereka ke keluarga, dirampas oleh trafficker, untuk menyamarkan jejak calon PSK itu dan mengamankan sindikat mereka dalam perdagangan wanita. Mereka akan membuat identitas baru bagi calon PSK, mulai dari KTP, SIM, dan paspor palsu. Barulah mereka dikirim ke kota tujuan di pulau lain atau di luar negeri. Dan di situlah petualangan baru yang menyakitkan bagi korban trafficking dimulai.
Orang-orang dibalik sindikat perdagangan wanita ini, ada yang bertugas  mencari pelanggan mereka di mal, kafe, ataupun diskotik. Mereka menawarkan foto calon korban kepada lelaki hidung belang, bila kesepakatan dengan lelaki hidung belang tersebut sudah tercapai, calon korban akan segera dikirim, ke lokasi yang telah mereka sepakati. Trafficker  tidak tanggung-tanggung dalam mematok harga wanita-wanita malang tersebut, umumnya mereka menawarkan harga mulai satu juta rupiah. Kejamnya, setelah korban trafficking itu melayani lelaki hidung belang, mereka hanya mendapatkan 35% dari pembayaran lelaki hidung belang. Jika harga harga mereka satu juta rupiah, berarti korban trafficking hanya mendapatkan bayaran tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Hal ini, sangat  tidak sebanding dengan efek yang ditimbulkan oleh trafficking mulai dari hilangnya rasa percaya diri korban, trauma, hilangnya keinginan bersosialisasi, penyakit reproduksi, bahkan sampai tuna susila.
Sindikat perdagangan wanita sulit dideteksi pihak kepolisian, karena kemampuan bersembunyi mereka  sangatlah hebat. Ada suatu sindikat perdagangan yang berlokasi di perumahan yang aman dengan kehidupan social antar tetangga tinggi, siapapun tidak akan menyangka bahwa salah satu rumah di perumahan tersebut adalah kedok sindikat perdagangan wanita, bahkan penduduk yang berpuluh-puluh tahun menjadi tetangga sebelah rumah trafficker, baru tahu bahwa rumah disamping tempat tinggalnya adalah kedok perdagangan wanita, setelah keberadaannya terbongkar oleh pihak kepolisian. Dari kasus-kasus terebut, pihak kepolisian harus bekerja lebih keras lagi, dalam mencium keberadaan sindikat perdagangan wanita yang sulit terdeteksi, karena hal ini bersentuhan langsung dengan anak-anak dibawah umur, yang nantinya akan menjadi penerus Indonesia ini. Jika, anak-anak dibawah umur sudah banyak yang menjadi korban trafficking, akan jadi apa Indonesia dengan mental rendah? 

Senin, 10 Oktober 2011

Flanel Handcraft

Jam pelajaran seni budaya. Here is waktuknya kita buat flanel. Hasil jadinya bakal dilanjut di next posting ya. 
Class situation and Mrs.Enis



Left: Ajeng and Me :)



Sabtu, 08 Oktober 2011

Puisi Waktu Kecil

Sebenarnya ini puisi ga lama-lama banget. Sekarang tanggal 09-10-11, dan tanggal yang ditulisin di puisi itu 26-01-09, 2 tahun lebih 9 bulan. 


Beberapa hari yang lalu aku nemuin kardus bekas air mineral di depan rumah, dan ternyata di dalemnya ada buku usang gitu. Baru inget itu buku lama banget tapi baru aku buat tulis-tulis ga jelas waktu SMP kelas 9. Nah disitu ada puisi ga jelas sih. Tapi lumayan lah nambah postingan di blog.

Harapan yg tak terwujud

Dia selalu ada dipikiran setiap insan
Menghempas naluri manusia
Penggelap angan di otak
Penerang pikiran di hati

Semua dilakukan tuk dapatkannya
Meski semuanya tak selalu baik
Halangan dan rintangan
Warnai perjalanan
Perjuangkan jiwa dan raga
Meski terkadang kokohnya badan tak menyetujuinya

Akankah itu dpt didadapatkan dengan mudah
Semua itu hanya tersimpan
Tersimpan dalam buku takdir Sang Ilahi 
Hanya hantaran doa berjalan bersama waktu
(chi, 260109)

Mohon dimaklumkan kalo puisinya agak aneh. Wajar waktu kecil aku labil banget [sampe sekarang tambah labil], suka corat coret kertas gitu. 

Nah ini puisi yang kedua, rada ada sentuhan cinta-cintaan. Ga tau dulu aku lagi suka sama siapa [lupa-_-] pokoknya ditulis di buku itu. 

Cinta Sang Gadis

Sosoknya jauh disana
Memunculkan cerahnya jiwa
Terekam dalam kenangan manis yang dijalani

Indah... memang indah
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Datang tak terduga
Dalam hidup sang gadis

Degup jantung berdetak
Memacu adrenalin
Saat dia datang

Tak bosan Meski dia selalu datang di pikirku
Pengorbanan
Semua dijalani demi bertemu dia
Demi melihat dia
Di hadapan pelupuk mata sang gadis
(talun 030209)

Ini buktinya, tulisannya buruk pula-_-
Aneh nih aneh puisi yang kedua, disitu ada tulisan talun itu rumah pakde ku deh? wah berarti garap di rumah pakde ku nih. Ga jelas sumpah nih puisinya. 

Tapi ga papa it's real me. Kelabilan yang aneh -_-

New Blog ! !

Okey I will start my writing now. Please introduce me. I'm Desi Putri Kurniasari, a girl with an amazing life, i'm not boasting now, it looks like my thinking mix with my fingers types everything that i wanna type. 
(y)
Baiklah sekarang aku mulai bingung mau nulis apa. yakali enak kalo copy-paste bio di tugas html ku. let's go co-pasting
---
Desi Putri Kurniasari anak ke 3 dari 3 bersaudara, tinggal bersama seorang ibu yang baik hati dan ayah yang menyenangkan. And dont forget a sist and a bro, Enis rahmawati and Prayogi Febri Atmanegara. Lahir di keluarga yang sederhana dan hidup dengan kesederhanaan, aku selalu berusaha membuat diriku untuk menyenangi hidup karena hidup hanya sekali dan harus benar terjalani dengan baik-baik. Riwayat sekolah: 
  • TK Aisyiah III
  • SDN 1 Lateng
  • SMPN 1 Banyuwangi
  • SMAN 1 Glagah


In my life box, i have special people-> besties, ABCD, Glofaria, and Homemates :*, and  without they realize, i do love them very much[sorry ineffective mode]


Baiklah. mungkin di pikiran kalian pembaca blog muncul balon pertanyaan 'Why must be Life Box and The Sound of Rain?'
jawabannya adalah: karena kehidupan kita itu seperti di dalem(dalam) kotak, dari luar terlihat membosankan dibungkus dengan bangun bervolume dengan persegi sebagai sisinya-dinamis [mungkin yang saya maksud disini bukan kotak ya -_- lebih tepatnya kubus, tapi kalo ditulis life cube kan ga asik]

kembali ke topik ---

Nah meski diluar terlihat kayak gitu coba waktu kita buka, kita akan menemukan sesuatu yang tidak kita kira. Apakah itu? ? Unknown form . Kan tiap orang kisah hidupnya beda-beda. 

Maaf banget yah alasannya absurd banget, Intinya biar kelihatan keren lah. Kalo kalian balik tanya --> 'Gini Keren? ?'
Yah mau gimana lagi nama blog yang kelewat diotak munculnya 'Life Box and The Sound of Rain' sih -_-

Terus kata kedua The Sound of Rain : Ga tau kenapa aku suka denger suara hujan. Soalnya hujan gampang banget ngebantu pikiran untuk membuka memory bertahun-tahun lalu, hebat. Aku suka nginget-nginget masa lalu, masa saat aku belum seperti ini. 
enough.
Aku ga akan gunain kata gue elo gue elo an, soalnya aku orang Banyuwangi bukan orang Jakarta, just like to be me. A girl from Banyuwangi, East Java, INDONESIA ! ! ! *sorry agak lebe. 
---
Enough for introducing. Let's follow my life box [tepuk tangaaaaaaan]