Recent Posts

Jumat, 18 November 2011

Si Biru Milik Lina (part I)

Semburat jingga menandai matahari yang kembali ke peraduan. Di lapangan parkir sekolah, Lina membiarkan air matanya jatuh tak terbendung. Dia terpaku, menyadari motor kesayangannya tak ada lagi ditempat dimana ia menaruhnya . Raib entah dibawa siapa. Dia benar-benar tercengang di lapangan parkir, yang telah kosong melompong ditinggalkan penghuninya, termasuk Si biru kesayangannya. Wajar jika penghuninya meninggalkannya, karena jam sekolah sudah berakhir 3 jam yang lalu. Tapi Si Biru, harusnya tetap ada di lapangan parkir ini, karena si empunya belum membawanya pulang.
“Hai kamu yang disana!”
Suara lantang memangil Lina. Dia menoleh ke sekelilingnya, tak ada siapapun. Sepi.
“Aku disini.”
Dengan cepat Lina menoleh ke belakang. Lina menyeka air matanya sembari  menyipitkan mata, memastikan siapa yang memanggilnya barusan. Dari kejauhan, sesosok lelaki berkemeja hitam, melambaikan tangan kepadanya. Meski dari jauh, lelaki itu terlihat menakutkan, karena kemeja yang dipakai  ketat ditubuhnya, menampakkan otot-ototnya yang kekar, rambutnya gondrong dikuncir ke belakang.  Mirip  bodyguard, tapi lebih cocok jika menjadi tukang pukul atau pembunuh bayaran. Yang mengagetkan Si Biru ada di sebelahnya. Lina benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Dia takut untuk menghampiri lelaki itu, takut jika Lina menghampirinya, lelaki itu mengeluarkan golok dan membelah lehernya, membagi tubuhnya menjadi beberapa bagian, memasukkan ke koper, dan membuang koper tersebut ke Kalilo, dan tak tega rasanya jika besok ada surat kabar menghampiri rumahnya dengan headline ‘Murid SMAN 1 Glagah Tewas Termutilasi’. Dia tidak mau, dia harus mengambil sepedanya dan lekas-lekas pulang.
“Ba bapak siapa?” Lina terbata.
Tahukah kamu jika dunia ini menerapkan hukum aksi-reaksi? Segala sesuatu yang telah kamu lakukan, pasti akan mendapatkan reaksi atau timbal balik dari lingkungan sekitar.
“Tapi pak, saya tidak pernah memindahkan sepeda motor orang tanpa seizin orang tersebut”.
“Kamu tidak memindahkan, tapi kamu beraksi dengan meninggalkan kunci tergantung di motormu, jika hukum aksi-reaksi benar pastinya aku akan melakukan reaksi dengan membawa motormu ini kabur. “
“Maaf pak, saya sudah ceroboh. Saya tidak akan mengulanginya lagi”
“Sayang, itu terlambat. Karena, saya sudah terlebih dulu membenarkan hukum aksi reaksi itu. “
Lelaki itu menghidupkan Si Biru, menunggangi, dan membawa Si Biru pergi, kabur entah kemana.  Lina tertegun.
---
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!” Lina berteriak, sembari bangun dari mimpi buruknya.
Sekejap tawa meledak di kelas yang awalnya sunyi tersebut.  Tidak ada guru di sana. Semua teman-teman Lina mengarahkan pandangan ke dirinya, sambil menutup mulut menahan tawa. Dengan kusut Lina bangun dari tidur saat pelajaran kosong di kelasnya tercinta. Peluhnya bercucuran efek dari mimpi buruk yang dialaminya barusan.
“Hayooo. Barusan mimpi apa?” Goda Sasi
“Hehehe ga ada. Ga mimpi apa-apa kok. ” Lina menjawab malu
“Palingan mimpi nonton OVJ” Jawab Mery memancing semua teman-teman Lina untuk tertawa lagi.
Maklum selama bertahun-tahun acara komedi yang terkenal itu ditayangkan, Lina sama sekali belum pernah menontonnya. Jadi wajar jika teman-teman kelas sering menggoda Lina.
“Ayo dong Lin, ceritain mimpimu barusan. Kok sampai teriak-teriak gitu sih?” Pinta Mery.
Dengan ribuan paksaan yang dilontarkan teman-teman kesayangannya, akhirnya Lina luluh, dan mau menceritakan mimpi buruk yang terkesan aneh tadi. Teman-teman Lina serius memperhatikan kata demi  kata yang diucapkan Lina, penasaran. Lina menceritakannya sampai akhir, tidak ada satu bagian pun yang terlewat. 

0 komentar:

Posting Komentar